Di tengah kehidupan masyarakat yang terus bergelut dengan masalah ekonomi, sebuah kisah mencuat dan mengundang empati banyak orang. Seorang remaja perempuan datang menemui Dedi Mulyadi, tokoh publik yang dikenal peduli terhadap isu sosial. Tapi bukan bantuan biasa yang ia minta—permohonannya sungguh tak terduga.
Dengan wajah serius dan suara tenang, gadis itu menyampaikan kegundahannya: sang ibu, katanya, kerap meminjam uang ke berbagai pihak tanpa pikir panjang. Tak hanya sekali dua kali, tapi sudah menjadi kebiasaan.
“Ibu saya susah diingatkan. Setiap kali diberi tahu, tetap saja kembali pinjam uang sana-sini,” ucapnya.
Yang membuat banyak orang tersentuh adalah permintaan lanjutannya. Dengan mantap, ia berkata, “Saya pengin Ibu dibawa ke tempat pelatihan. Kalau bisa, seperti barak militer, supaya beliau bisa berubah.”
Pernyataan tersebut mengejutkan Dedi Mulyadi. Ia tidak menyangka akan mendengar permintaan seperti itu dari anak seusianya. Namun, ia memuji keberanian gadis itu yang rela bicara demi masa depan keluarganya.
“Kejujuran seperti ini datang dari hati. Kamu luar biasa,” balas Dedi sambil menatap penuh simpati.
Gadis itu mengungkapkan bahwa ia dan keluarganya sudah lelah harus terus menghadapi masalah yang muncul akibat utang. Bahkan, ia mengaku kerap merasa malu saat ada orang datang menagih ke rumah.
Warganet yang menyaksikan momen tersebut ramai memberikan komentar. Banyak yang merasa terenyuh, sebagian memuji keberanian si anak, dan tak sedikit pula yang berharap ibunya bisa berubah usai mendapatkan perhatian dari Dedi.
Dalam menanggapi persoalan tersebut, Dedi tidak langsung menyalahkan pihak manapun. Ia justru menyoroti perlunya pendekatan yang lebih manusiawi. Menurutnya, seseorang yang terbiasa berutang bukan hanya perlu diberi teguran, tapi juga pemahaman—agar mampu mengelola uang dengan bijak dan tidak terjebak dalam pola hidup konsumtif.
Cerita ini menggambarkan bahwa masalah ekonomi di rumah tangga bisa berdampak langsung pada psikologis anak. Kadang, suara paling jujur datang dari mereka yang masih muda, tapi sudah memahami beratnya kehidupan.
Tinggalkan Balasan