Pada malam pembukaan Jakarta Fashion Week (JFW) 2026 yang digelar pada 27 Oktober 2025, salah satu momen yang paling menonjol adalah kehadiran Azizah Salsha — yang akrab disapa “Zize” — sebagai muse untuk brand sportswear lokal Erspo dengan koleksi bertema “AFTERMATCH”.
Namun, kemunculannya ternyata tidak hanya disambut tepuk tangan. Sebaliknya, penampilan ini memicu gelombang reaksi dari publik dan pengguna media sosial — yang menuntut boikot terhadap brand Erspo karena memilih Azizah sebagai salah satu wajah kampanye.
Penampilan dan Tema
Erspo meluncurkan koleksi yang mengangkat empat lini: Court (tenis & padel), Racing Training (gym & combat), Running, dan Racing. Indopop.id+1
Untuk lini Court, Azizah Salsha tampil mengenakan crop tank top putih gading, rok plisket hijau tosca, visor transparan, sepatu putih, kaus kaki panjang, serta raket padel — visual yang memang dirancang untuk menegaskan gaya “fun on the court”.
Reaksi Netizen dan Kritik
Alih-alih mendapat pujian penuh, kehadiran Azizah sebagai muse menimbulkan kritik keras. Beberapa netizen merasa brand seharusnya mempertimbangkan citra influencer yang mereka gandeng. Komentar seperti:
“Boikot aja udah ini brand gak pantes”
“BLACKLIST BRAND YG BERSANGKUT PAUT DENGAN AZIZAH SALSHA!!!!”
Kritikan juga muncul karena Azizah sebelumnya sudah terseret isu pribadi yang sempat ramai diperbincangkan — dan publik menilai bahwa brand Erspo kurang “sensitif” terhadap sorotan tersebut.
Dampak bagi Brand dan Isu Citra
Untuk Erspo, keputusan menggandeng Azizah menimbulkan dilema: di satu sisi, memilih muse yang populer dapat meningkatkan visibilitas; di sisi lain, potensi backlash dari publik bisa berdampak negatif terhadap reputasi dan kepercayaan konsumen. Beberapa poin penting:
- Brand memakai figur yang punya “buzz” media — bisa jadi strategi marketing.
- Namun, backlash berupa ajakan boikot dan hujatan netizen bisa memunculkan efek domino: penurunan pembelian, persepsi negatif, hingga keraguan kerjasama selebritas-influencer di masa depan.
- Dalam dunia fashion dan lifestyle, citra (brand image) menjadi aset penting — dan risiko menggaet sosok yang dianggap kontroversial harus dipertimbangkan secara matang.
Refleksi: Pedoman bagi Brand
Kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi merek lain bahwa:
- Saat menggaet influencer atau muse, selain mempertimbangkan estetika dan popularitas, perlu juga mempertimbangkan track record, persepsi publik, dan potensi risiko reputasi.
- Respons publik saat ini cepat dan media sosial memperkuat narasi negatif dalam hitungan jam — brand harus siap dengan strategi komunikasi krisis.
- Transparansi dan konsistensi citra menjadi kunci — jika brand ingin tampil sebagai genuine dan dipercaya, maka pemilihan wajah kampanye sebaiknya sejalan dengan brand value yang diusung.
Tinggalkan Balasan