Piccolo Teatro

Preman Parkir Minta Bayaran di Halaman Rumah Sendiri, Warga Medan Geram


Sebuah video yang tersebar luas di media sosial memancing kemarahan publik. Rekaman itu memperlihatkan seorang pria yang mendatangi sebuah rumah dan meminta uang parkir kepada pemilik kendaraan—padahal mobil itu terparkir di halaman rumah milik pribadi.

Aksi Premanisme yang Bikin Geleng-Geleng Kepala

Dalam video berdurasi singkat tersebut, si pelaku tampak membawa gitar dan berusaha bersikap santai, tapi nada bicaranya menyiratkan pemaksaan. Ia meminta Rp10.000 sebagai “uang parkir”. Ketika sang pemilik rumah menolak, pria itu mulai mengeluarkan kata-kata bernada ancaman.

Warganet bereaksi keras. Banyak yang menyebut aksi itu sebagai bentuk pemerasan terselubung. Tak sedikit pula yang mempertanyakan keamanan lingkungan jika halaman rumah pun tak lagi bebas dari pungutan liar.

Polisi Turun Tangan, Pelaku Diamankan

Mengetahui insiden tersebut viral, aparat dari Polsek Medan Baru segera bertindak. Tak butuh waktu lama, pelaku yang diketahui masih berusia 20-an tahun berhasil diamankan. Dari keterangan pihak berwajib, pelaku tidak memiliki izin resmi sebagai juru parkir dan memang melakukan tindakan di luar batas.

Kapolsek setempat menegaskan bahwa tindakan serupa akan ditindak tegas. Ia juga mengingatkan masyarakat untuk segera melapor bila mengalami kejadian serupa, agar tidak berkembang menjadi gangguan yang lebih besar.

Fenomena Lama yang Terus Terulang

Ini bukanlah kali pertama warga Medan harus berhadapan dengan pungli bermodus parkir liar. Beberapa waktu lalu, seorang pedagang pakaian pun menjadi korban pemukulan karena menolak membayar iuran parkir fiktif yang diminta oknum tak dikenal.

Aksi-aksi seperti ini mencoreng rasa aman masyarakat. Masyarakat berharap aparat terus memperketat pengawasan, terutama di lingkungan padat penduduk dan kawasan bisnis.

Peran Warga Jadi Kunci

Masalah semacam ini tidak bisa hanya dibebankan pada kepolisian. Keberanian warga untuk mendokumentasikan dan melaporkan insiden merupakan langkah penting dalam menjaga ketertiban bersama.

Dengan kesadaran kolektif dan tindakan cepat dari aparat, diharapkan ruang publik maupun pribadi bisa kembali menjadi tempat yang nyaman tanpa bayang-bayang intimidasi dari siapa pun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *