Jakarta – Dunia jurnalistik Indonesia berduka atas wafatnya Ibrahim Sjarief, suami dari jurnalis ternama Najwa Shihab. Meski duka mendalam dirasakan keluarga, Najwa tampil kuat dan penuh ketabahan saat mengantarkan kepergian sang suami ke tempat peristirahatan terakhir.
Suasana haru terasa di pemakaman yang berlangsung di TPU Jeruk Purut, Selasa lalu. Didampingi keluarga besar, Najwa menerima banyak pelukan dan doa dari sahabat dan kerabat yang hadir. Hujan yang mengguyur ringan sejak pagi dianggap sebagai simbol cinta dari langit.
Ayahanda Najwa, cendekiawan Prof. Quraish Shihab, menyampaikan bahwa putrinya telah berserah diri sepenuhnya kepada ketentuan Tuhan.
“Najwa menyadari, dalam hidup ini ada hal-hal yang berada di luar kuasa manusia. Ia belajar menerima, meski hatinya berat,” ujarnya usai pemakaman.
Quraish juga menyebut bahwa turunnya hujan saat pemakaman merupakan pertanda bahwa almarhum berpulang dalam keadaan baik. Dalam ajaran yang diyakininya, hujan di saat duka bisa dimaknai sebagai tanda bahwa langit ikut berbelasungkawa.
Semasa hidupnya, Ibrahim dikenal sebagai pribadi yang tenang dan bersahaja. Meski tak sering tampil di depan publik, perannya besar dalam mendampingi Najwa melalui berbagai fase kehidupan.
Kepergian Ibrahim bukan hanya menyisakan ruang kosong di hati keluarga, tetapi juga menjadi pengingat bagi banyak orang bahwa kehidupan ini bersifat sementara. Pesan-pesan tentang cinta, kesetiaan, dan ketabahan tercermin dari bagaimana Najwa dan keluarganya menghadapi situasi sulit ini.
Dengan keteguhan hati dan dukungan dari orang-orang terdekat, Najwa kini melanjutkan hidup, menyimpan kenangan dalam doa, dan terus melangkah dengan keyakinan bahwa cinta sejati tak pernah benar-benar pergi.
Tinggalkan Balasan